• Tentang UGM
  • Portal Akademik
  • IT Center
  • Perpustakaan
  • Penelitian
  • Webmail
Universitas Gadjah Mada Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik
Universitas Gadjah Mada
  • Beranda
  • Profil
    • Sekilas Pandang
    • Visi & Misi
    • Manajemen dan Peneliti
    • Lokasi
  • Kegiatan
    • Penelitian
      • Pendaftaran Penelitian PSEKP UGM
      • Asisten Penelitian PSEKP UGM
    • Pelatihan & Workshop
    • Konsultasi & Pendampingan
    • Kerjasama antar Perguruan Tinggi
  • Pelatihan
    • Agenda
    • Pendaftaran
  • Beranda
  • Berita
  • hal. 2
Arsip:

Berita

Tekanan Fiskal

ArtikelBerita Rabu, 18 Juli 2018

Kompas – Analisis Ekonomi, Selasa 17 Juli 2018

Pemerintah memutuskan untuk tidak mengoreksi APBN 2018, sekalipun angka-angkanya tidak lagi sesuai dengan kenyataan. Hal yang paling mencolok adalah soal harga minyak. Pemerintah memroyeksikan harga minyak USD 48 per barrel pada 2018. Namun kenyataannya harga minyak kini berkisar antara USD 71 per barrel (jenis WTI) hingga USD 75 per barrel (jenis Brent). Perbedaan yang cukup besar inilah yang menimbulkan dilema fiskal.

Tingginya harga minyak merepotkan perekonomian Indonesia, karena kita adalah pengimpor minyak neto. Masalah menjadi kian pelik ketika pada periode Januari-April 2018 produksi minyak kita rata-rata hanya 742.000 barrel per hari, atau masih jauh di bawah ekspektasi, karena lifting minyak dalam APBN biasanya dipatok 800.000 barrel per hari. Jadi, APBN 2018 dihimpit oleh dua persoalan minyak: dari sisi harga dan volume produksi sama-sama tidak memenuhi target. read more

“ Sandwich” Suku Bunga dan Harga Minyak

ArtikelBerita Senin, 16 Juli 2018

Gatra – Kolom Ekonomi, Rabu 11 Juli 2018

Musuh terbesar yang menyebabkan kurs rupiah akhir-akhir ini merosot secara signifikan sebenarnya bukan cuma kenaikan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (The Fed), melainkan juga gara-gara kenaikan harga minyak dunia. Inilah alasan yang paling rasional untuk menjelaskan fenomena pelemahan rupiah yang persentasenya termasuk tinggi dibandingkan dengan negara-negara emerging markets yang lain. Rupiah ibarat terkena “sandwich” alias terimpit dari dua arah: dari The Fed dan dari para produsen minyak. Masih adakah harapan kita untuk keluar dari impitan ini ? read more

Perang Dagang, Nasib Rupiah dan Kesia-siaan Belaka

ArtikelBerita Senin, 16 Juli 2018

Media Indonesia – Kolom Pakar, Senin 16 Juli 2018

Sebenarnya, Amerika Serikat (AS) di bawah kepemimpinan Presiden Donald Trump saat ini sedang menikmati “bulan madu” perekonomian. Meski banyak dikritik sebagai Presiden yang tidak baik dan kontroversial, namun kinerja perekonomian AS ternyata sungguh impresif. Perekonomian AS pada triwulan I-2018 tumbuh 2,8 persen. Ini termasuk tinggi, mengingat Produk Domestik Bruto (PDB) AS yang mencapai USD 19,4 triliun, atau yang tertinggi di dunia, di atas peringkat kedua China (USD 12 triliun). read more

Langit Global Kian Mendung

ArtikelBerita Selasa, 26 Juni 2018

Kompas – Analisis Ekonomi, Selasa 26 Juni 2018

“Langit perekonomian global kini kian mendung”, demikian kalimat kiasan yang akhir-akhir ini sering diucapkan pemimpin IMF Christine Lagarde, untuk menggambarkan kondisi perekonomian global saat ini yang dilanda perang dagang (CNN, 12/6/18). Proteksionisme menjadi awan tergelap yang memayungi horison perekonomian dunia.

Padahal, lanjut Christine, perekonomian dunia belakangan ini sedang dalam arah yang benar, setelah sepuluh tahun silam terjerumus dalam krisis finansial global (krisis subprime mortgage) pada 2008-2009. IMF memproyeksikan perekonomian global bakal tumbuh 3,9 persen tahun ini, merupakan yang tertinggi sejak 2011. Namun membaiknya perekonomian global kini terusik perang dagang AS, yang dipicu oleh defisit besar perdagangan AS terhadap China, USD 375 miliar (2017). Ekspor AS ke China hanya USD 130 miliar, sedangkan impornya USD 505 miliar. read more

“Mendahului Kurva”

ArtikelBerita Selasa, 5 Juni 2018

Kompas – Analisis Ekonomi, Selasa 05 Juni 2018

Untuk meredam depresiasi rupiah, Gubernur Bank Indonesia yang baru, Perry Warjiyo, dengan cepat memutuskan kebijakan suku bunga yang bersifat ahead the curve (“mendahului kurva”). Hasilnya efektif. Rupiah mulai “jinak” menuju level fundamentalnya di bawah Rp 14.000 per dollar AS. Tahun ini rupiah terdepresiasi 4,6 persen, sebelum menguat 0,4 persen sesudah suku bunga acuan dinaikkan ke 4,75 persen.

Dalam dua pekan selama Mei 2018, BI menaikkan suku bunga dua kali. Langkah ini sebenarnya agak terlambat, karena telah menyebabkan penurunan cadangan devisa dari hampir USD 132 miliar (Februari) menjadi USD 124 miliar (awal Juni). Kini BI pun lebih bersikap pro-aktif mendahului kenaikan suku bunga The Fed yang diperkirakan bakal dilakukan saat menggelar rapat Federal Open Market Committee (FMOC), pada 12-13 Juni nanti. read more

Perry Warjiyo dan Kebijakan “Ahead the Curve”

ArtikelBerita Kamis, 31 Mei 2018

Gatra – Kolom Ekonomi, Kamis 31 Mei 2018

Mungkin Perry Warjiyo─sarjana akuntansi dari Fakultas Ekonomika UGM (1982) yang kemudian meraih doktor ekonomi dari Iowa State University di Ames, Amerika Serikat (1991) ─tidak pernah membayangkan bahwa dirinya suatu saat bakal menjadi Gubernur Bank Indonesia. Lebih tidak membayangkan lagi adalah bahwa pada saat dilantik, rupiah sedang terkena “badai”, yang waktunya persis 20 tahun sesudah perekonomian Indonesia terjerembab krisis besar pada 1998. read more

Rupiah Tidak Menyerah

ArtikelBerita Rabu, 30 Mei 2018

Media Indonesia – Kolom Pakar, Senin 21 Mei 2018

Setelah dua bulan terakhir rupiah mengalami depresiasi, yang berujung pada dilampauinya batas psikologis Rp 14.000/USD, akhirnya Bank Indonesia pun menempuh jalan menaikkan suku bunga acuan (7 days reverse repo rate), dari 4,25 persen menjadi 4,50 persen. Di kalangan para pengamat ekonomi, juga sempat terbelah pendapat antara yang ingin menaikkan suku bunga dan mempertahankan suku bunga. Namun belakangan ini akhinya mengerucut pada kenaikan suku bunga. read more

Menjaga Rupiah

ArtikelBerita Selasa, 8 Mei 2018

Kompas – Analisis Ekonomi, Selasa 08 Mei 2018

Tekanan terhadap kurs rupiah belum mereda. Rupiah sempat diperdagangkan pada level Rp 14.003 per dollar AS di pasar tunai. Indeks harga saham gabungan (IHSG) juga ikut melemah ke 5.849 atau sudah merosot 9 persen dibandingkan level awal tahun. Depresiasi rupiah akan menimbulkan banyak komplikasi, yakni subsidi BBM, kesulitan mengimpor barang modal dan bahan baku, pembayaran utang luar negeri, inflasi dan seterusnya.

Dari sisi eksternal, pengumuman The Fed (2/5/18) untuk tetap mempertahankan suku bunga acuan 1,5-1,75 persen memberi sinyal bahwa tren kenaikan suku bunga bakal berlanjut. Apalagi The Fed mendasarkan kebijakannya pada kinerja perekonomian AS yang membaik. Selama 2018, penyerapan tenaga kerja baru di AS cukup impresif: 176 ribu orang (Januari), 324 ribu (Februari), 135 ribu (Maret) dan 164 ribu (April). read more

Ketika Otoritas Moneter Harus Memilih

ArtikelBerita Selasa, 8 Mei 2018

Gatra – Kolom Ekonomi, Kamis 03 Mei 2018

Kurs rupiah beberapa pekan terakhir ini terdepresiasi cukup signifikan terhadap USD, padahal lembaga pemeringkat utang Moody’s baru saja menaikkan outlook terhadap Indonesia (membaik), sedangkan cadangan devisa juga barusan mencapai rekor tertinggi dalam sejarah kita, yakni USD 131,97 miliar (Februari 2018). Rupiah tak bisa menghindar dari faktor eksternal kenaikan suku bunga di Amerika Serikat (AS).

Era suku bunga rendah di AS memang sudah berakhir. Sebelumnya, Federal Reserve (The Fed) menjalankan rezim kebijakan suku bunga rendah (0,25 persen) ketika mereka harus berjibaku melawan krisis finansial subprime mortgage 2008-2009. Krisis ekonomi dilawan dengan suku bunga rendah untuk mengungkit konsumsi rumahtangga (household consumption) dan investasi. read more

Ekonomika Jokowi

ArtikelBerita Selasa, 8 Mei 2018

Kompas – Opini, Senin 30 April 2018

Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla kini telah berjalan 3,5 tahun, atau mencapai 70 persen dari periode kepresidenannya, 2014-2019. Meski masih tersisa 30 persen, namun mazhab perekonomian yang dianut oleh Presiden Jokowi (Economics of Jokowi, Jokowinomics atau Ekonomika Jokowi) sudah tergambar dengan jelas. Pembangunanan infrastruktur besar-besaran menjadi paling menonjol.

Hanya saja, banyak orang yang kurang menyadari bahwa pembangunan infrastruktur merupakan investasi jangka panjang, yang tidak bisa segera dipetik hasilnya. Di China, Deng Xiaoping memulai reformasi perekonomian sejak 1979, yang meliputi pembangunan infrastruktur, menarik investasi asing (termasuk dari diaspora China), dan membuka zona-zona ekonomi bebas pajak, baru merasakan “panen raya” sesudah 2000. read more

12345

Artikel Terbaru

  • Masih Ada Ruang
  • Mengantar Rupiah ke Zona Nyaman
  • Normalisasi Rupiah
  • Badai Agak Mereda
  • Perang yang Sia-sia
Universitas Gadjah Mada

Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP)
Universitas Gadjah Mada
Bulaksumur, Yogyakarta 55281
psekp.ugm@ugm.ac.id
+62 (274) 564926
+62 (274) 581827

Perpustakaan

  • Lib Universitas Gadjah Mada
  • Lib Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik

Penelitian

  • Penelitian 2016
  • Penelitian 2015

© PSEKP Universitas Gajah Mada 2019

KEBIJAKAN PRIVASI/PRIVACY POLICY